Poetry : Tanpa memalingkan muka
kau tembus malam itu dengan sunyi, ngilu di dada dan keringnya hati.
ku lihat punggungmu begitu sayu, dan rambutmu terlalu kelu.
siapa? ku tanya. kaupun menggeleng tanpa mengarahkan muka kepadaku.
bukan karena lalainya kepala, atau basahnya luka. bukan pula karena kau tak suka
kenapa? ku tanya. kaupun menunduk dan membuatku tunduk.
ku henti tanyaku. kau ladeni kakimu itu dan meninggalkanku.
satu, dua, tiga. spasi. [pikirkah yang menghentikanmu?] kali ini untukku sendiri.
empat, lima, enam. spasi. [akankah kulihat rautmu?] untukku sendiri. lagi.
lelah. kuarahkan pundak menuju setapak.
tanpa berpalingpun, setapak itu kutapak. kujejali tangki pikirku denganmu.
rangkaian hari, bukti, kaupun melakukan hal yang sama. angin tetap berhembus, manusia tetap berkelakar.
dan kita masih hidup. tanpa memalingkan muka.
ku lihat punggungmu begitu sayu, dan rambutmu terlalu kelu.
siapa? ku tanya. kaupun menggeleng tanpa mengarahkan muka kepadaku.
bukan karena lalainya kepala, atau basahnya luka. bukan pula karena kau tak suka
kenapa? ku tanya. kaupun menunduk dan membuatku tunduk.
ku henti tanyaku. kau ladeni kakimu itu dan meninggalkanku.
satu, dua, tiga. spasi. [pikirkah yang menghentikanmu?] kali ini untukku sendiri.
empat, lima, enam. spasi. [akankah kulihat rautmu?] untukku sendiri. lagi.
lelah. kuarahkan pundak menuju setapak.
tanpa berpalingpun, setapak itu kutapak. kujejali tangki pikirku denganmu.
rangkaian hari, bukti, kaupun melakukan hal yang sama. angin tetap berhembus, manusia tetap berkelakar.
dan kita masih hidup. tanpa memalingkan muka.
Comments
Post a Comment
Pesan, masukan silahkan kirim ke riammar@ymail.com dengan nama dan identitas yang jelas.