Senja dari dalam angkot

Ada keistimewaan sendiri akan senja. Seniman Sudjiwo Tedjo mengatakan, negara ini butuh lebih banyak senja, butuh lebih banyak renungan, bukan hanya gairah pagi. Senja versiku, adalah kedamaian. Karena yang terbayang adalah suasana rumah ketika Bapak pulang dari sawah, antri mandi, dan setelah itu kami makan bersama. Sungguh indah, apalagi kalau aku ikut bekerja disawah, badan terasa lelah, dan canda tawa yang mengiringi makan malam kami, membuat senja menjadi transisi yang menyenangkan antara siang dan malam.

Dulu, pernah kubaca sebuah cerpen, yang menceritakan seorang ilmuwan yang membuat larutan berupa larutan senja, tapi direbut oleh Tuhan, dan akhirnya sang ilmuwan membuat larutan bencana alam untuk membalas dendam. Unik, dan idenya segar.

Untuk angkot sendiri, yang kusuka adalah cerita dari supirnya. Ada anak muda yang daripada disuruh Bapaknya jaga warung, mending narik angkot barang setengah hari. Sudah pasti dapat minimal 50.000. Ada juga, yang narik angkot dianggap seperti hidup saja, mengalir, ngga usah ngoyo ngejar setoran. Kalau memang rejeki penumpang tak lari kemana. Nah, yang paling menyebalkan, supir angkot yang plin plan, menunggu penumpang sampai penuh benar, hingga penumpang bosan, dan turun lagi, sampai hal ini menjadi proses dan penderitaan tak berkesudahan.

Sistem transportasi di negara ini, menguras kesabaran dan ketabahan penggunanya. Tapi dengan kehadiran senja dan sebuah kamera lumix panasonic, gambarannya menjadi setenang gambar dibawah.


Kalibata 24 Mei 2011 @angkot Kampung melayu - Pasar minggu

Comments

Popular Posts